Menu

Rabu, 20 Mei 2015


Keutamaan Menyantuni Anak Yatim



MENYANTUNI ANAK YATIM ADALAH AKHLAK MULIA
Islam telah mendorong pemeluknya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada.
Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang berbudi dan berakhlak mulia.
Suatu ketika Saib bin Abdullah datang kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda kepadanya:
“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” [HR. Ahmad dan Abu Dawud, Shahih Abu Dawud, Al-Albani: 4836].
Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Daud, yang berkata “Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang.” [HR. Bukhari].
Kasih sayang dan berbuat baik kepada anak yatim, sebagaimana yang telah saya katakan kepada anda, adalah sebagian dari akhlak dan moralitas orang-orang yang mulia. Itu tidak bisa dilakukan kecuali oleh seorang lelaki yang mulia, yang menghimpun banyak budi pekerti mulia, yang mencintai kebajikan.
Abdullah bin Umar tidak pernah memakan makanan kecuali di meja makannya ada seorang anak yatim yang makan bersamanya.
Maka, jadilah orang seperti itu! Seorang yang penyantun, lemah lembut, dan berupaya berbuat kebaikan kepada anak yatim, mengusap air mata mereka dengan tangan dan harta anda serta memasukkan perasaan gembira ke dalam hati mereka.
Ketahuilah, bahwa jika kita mendapat taufiq untuk melaksanakan itu, maka kita benar-benar manusia yang beruntung. Yang berhak mendapat gelar “Seorang yang Berbudi”.
KEPADA ANDA YANG INGIN MENEMANI NABI DI SURGA
Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana pula dengan menemani Rasulullah didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim. Rasulullah bersabda:
“Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini”, Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhari].
Imam Ibnu Bathal berkata: “Orang yang mendengar hadis ini wajib melaksanakannya, agar ia bisa menjadi sahabat Rasulullah di surga. Di akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama dari itu.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah.”
Tahukah anda, apa hasil yang akan diperoleh dengan menyantuni dan mengasihi anak yatim, apa sikap kita terhadap kebaikan ini?
Jika kita termasuk orang-orang yang mampu, apakah kita pernah berpikir untuk menyantuni seorang anak yatim, sehingga kita bisa menjadi sahabat Rasulullah di surga. Untuk menyantuni anak yatim kita tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut.
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” [HR. Abu Ya’la dan Thabrani, Shahih At Targhib Al-Albaniy: 2543].
Karena itu, jika kita mendapat kesempatan untuk menyantuni anak yatim, jangan sekali-kali kita sia-siakan. Jika kita tidak menyukai hal itu dan menyia-nyiakannya, maka pikirkanlah pahala bagi orang yang menyantuni anak yatim. Tidakkah kita ingin menjadi sahabat Rasulullah di surga?
MULIAKANLAH ANAK YATIM, NISCAYA HATIMU MENJADI LUNAK DAN KEBUTUHANMU TERPENUHI
Jika kita mengeluhkan hati kita yang keras, maka menyantuni anak yatim merupakan sarana yang bisa menjadikan hati lunak. Ia adalah obat yang diwasiatkan oleh Rasulullah yang telah diutus dengan membawa petunjuk dengan kebenaran.
Diriwayatkan oleh Abu Darda’ yang berkata: “Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya: sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” [HR. Thabrani, Targhib, Al Albaniy: 254].
Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan sarana untuk melunakkan hati dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Sebab, orang yang mengasihi anak yatim telah memposisikan diri seperti ayahnya. Seorang ayah, secara naluriyah memiliki karakter sayang dan mengasihi anak-anaknya. Adapun orang yang mengasihi anak yatim memiki satu sifat lain, yaitu mengasihi anak yang bukan anak kandungnya.
Barang siapa keadaannya seperti itu maka dihatinya terhimpun sarana-sarana yang bisa melembutkan hatinya, sekalipun sebelumya merupakan hati yang keras.
Tidak diragukan lagi ini merupakan obat yang mujarab. Kita tidak akan pernah mendapati orang yang menyantuni anak yatim, kecuali pasti memiliki hati yang pengasih.
Kebalikan dari ini, kita tidak akan menjumpai seorang pun yang tidak mengasihi anak yatim, kecuali ia memiliki hati yang keras dan berakhlak buruk.
Manfaat lain dari tindakan mengasihi anak yatim yang telah dikabarkan oleh Rasulullah kepada seorang yang bertanya kepada beliau adalah: bahwa meyantuni anak yatim merupakan sarana terpenuhimya kebutuhan dan terwujudnya apa yang dicari.
Sesungguhnya, orang yang berbuat kebaikan kepada anak orang lain adalah orang yang telah memasukkan rasa gembira dihati mereka. Tidak diragukan lagi, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakannya, karena Allah Maha Pengasih dan Mencintai semua orang yang pengasih.
Rasulullah bersabda: “Orang-orang yang pengasih, akan dikasihi oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) Tabaaroka wa ta’ala. Kasihilah siapa yang ada dibumi niscaya engkau dikasihi oleh yang di langit.” [HR. Abu dawud, Tirmidzi dan lain-lain. As silsilatu Shahihah: 925].
Maka, kasihilah anak yatim, niscaya Allah akan memperbaiki urusan dunia dan akhirat kita.
BAGAIMANA CARA BERBUAT BAIK KEPADA ANAK YATIM
Berbuat baik kepada anak yatim, bisa dengan beberapa cara:
• Memberinya makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Di atas telah disampaikan kepada anda keutamaannya.
• Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim. Ibnu Umar jika melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu.
• Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseoang ingin menyekolahkan anaknya.
• Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya sendiri.
• Jika ia melakukan perbuatan yang mengharuskan di beri hukuman maka bersikap lemah-lembut dalam mendidiknya.
• Bertakwa kepada Allah dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya, hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya.
• Mengembangkan harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis oleh zakat.
Inilah beberapa gambaran tentang cara berbuat baik kepada anak yatim. Berbuat baik kepada anak yatim tidak hanya diperintahkan kepada orang-orang tertentu, akan tetapi setiap muslim diperintahkan untuk itu sebagaimana ia diperintahkan untuk melaksanakan semua amal yang baik dan shalih.
Jika Allah mengetahui ketulusan niat seorang hamba, niscaya Dia akan membantunya dalam melaksanakan perbuatan baik. Maka, hendaklah engkau berkeinginan kuat untuk melasanakan amal-amal shalih, walaupun baru sekedar berniat di hati sampai suatu saat Allah memberikan kesempatan anda untuk melakukan amal shalih.
Sungguh, tidak ada orang yang lebih lemah daripada orag yang tidak mampu menyelinapkan niat di hatinya untuk melasanakan amal-amal shalih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar